Friday, March 23, 2012

Ketika kau menyangka aku tidak melihat

Tulisan ini masih ada kaitannya dengan puisi. Ceritanya, saat maulid nabi yang lalu aku diminta membaca puisi di sekolah, tapi saat mau tampil badanku panas (karena aku memang sedang sakit), trus ... dibatalkan baca puisinya. Tapi aku tetap duduk ditemani ibu dan nenekku, melihat acara maulid nabi di sekolah.

Saat Rasulullah Muhammad SAW lahir, ayahanda beliau sudah tiada. Beberapa tahun kemudian ibunda beliau wafat. Setelah itu beliau diasuh oleh kakeknya, yang kemudian wafat juga; kemudian beliau diasuh oleh pamannya. Sejak kecil beliau memiliki budi pekerti yang luhur.

Saat merayakan maulid nabi, kepala sekolah mengingatkan supaya kami mencontoh perilaku Rasulullah SAW. Beliau pandai, bisa dipercaya, jujur, baik budinya, dan pemimpin yang adil. Saat itu sekolahku memberikan bingkisan kepada janda-janda tua yang hidup sendirian atau yang kurang mampu, yang tinggal di sekitar sekolah.

O ya, ada puisi bagus tentang bagaimana kita belajar segala sesuatu dari orang tua atau orang dewasa yang tinggal bersama kita. Tanpa mereka sadari, dari perilaku mereka sehari-hari, kita belajar tentang iman, cinta, sedih, menghargai sesama, memberikan perhatian kepada orang yang kita sayangi, menyayangi binatang, dll. Dengan cinta kasih mereka, kita bisa menjadi apapun yang kita inginkan, untuk meraih cita-cita kita! Semangattt!

Ini puisinya:

When You Thought I Wasn't Looking

When You Thought I Wasn't Looking,
I saw you hang my first painting on the refrigerator,
and I wanted to paint another one.

When You Thought I Wasn't Looking,
I saw you feed a stray cat,
and I thought it was good to be kind to animals.

When You Thought I Wasn't Looking,
I saw you make my favorite cake for me,
and I knew that little things are special things.

When You Thought I Wasn't Looking,
I heard you say a prayer,
and I believed there is a God I could always talk to.

When You Thought I Wasn't Looking,
I felt you kiss me goodnight,
and I felt loved.

When You Thought I Wasn't Looking,
I saw tears come from your eyes,
and I learned that sometimes things hurt,
but it's all right to cry.

When You Thought I Wasn't Looking,
I saw that you cared and I wanted to be
everything that I could be.

(Mary Rita Schilke Korzan, 1980)

Puisi

Di sekolah aku diajari untuk membuat puisi. Kata guruku, kita bebas mencurahkan isi hati kita dalam sebuah puisi. Ada puisi yang mudah dimengerti, ada pula puisi yang sulit dimengerti karena memang ada 'misteri' yang penulisnya tidak ingin pembacanya mengerti.

Ide untuk menulis puisi bisa didapat dari pengalaman kita sehari-hari, misalnya saat kita mengunjungi teman yang sakit, saat kita melihat pemandangan yang indah, dll. Waktu aku masih sekolah di North Ainslie Primary School, Mrs. Mears minta kami untuk membaca buku, kemudian isi buku itu ditulis dalam bentuk puisi, dengan kata-kata kita sendiri. Itu juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ide menulis puisi.

Berikut ini puisi pertamaku di sekolah. Jangan dibandingkan dengan puisinya Chairil Anwar, Taufiq Ismail, atau Gabriela Mistral ya .... Tentu puisiku gak ada apa-apanya dibandingkan dengan hasil karya mereka.

The Fox who Likes to Sing

In the moonlight she sings
at the top of the hill near the waterfall
singing sad songs while watching the full moon
Then she runs around the land valleys, rivers, and the sea
Trying to find herself a place to live
in a peaceful magical land
At night she sings again,
but now the land is silent